research
  • 02 Aug
  • 2025

ORASI ILMIAH PROF. LA DUNIFA UNGKAP TREN KEKINIAN DAN HILANGNYA NAMA KHAS BUTON

  • Oleh Unidayan Operator

Baubau – 2 Agustus 2025 – Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan) kembali mencetak sejarah akademik dengan dikukuhkannya Prof. Dr. La Dunifa, S.Pd., M.Pd. sebagai Guru Besar Bidang TEFL Methodology dalam Sidang Senat Terbuka Luar Biasa yang berlangsung di Baruga La Ode Malim. Ia menjadi Guru Besar ke-4 di Unidayan, menambah deretan akademisi bergelar profesor di kampus tersebut.

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Tren Kekinian dalam Praktek Pemberian Nama Masyarakat Buton Sulawesi Tenggara: Resistensi Antroponim Lokal terhadap Globalisasi”, Prof. La Dunifa mengungkap kekhawatirannya terhadap punahnya sistem penamaan tradisional masyarakat Buton. Ia memaparkan bahwa penggunaan penanda gender khas Buton, seperti La untuk laki-laki dan Wa untuk perempuan, kini semakin jarang digunakan, digantikan oleh nama-nama dari budaya lain akibat arus globalisasi. Berdasarkan data yang diolah dari dua kabupaten eks Kesultanan Buton, hanya sekitar 2% anak yang lahir pada periode 2022–2024 masih menggunakan unsur nama tradisional tersebut, dan jumlahnya terus menurun setiap tahun.


Prof. La Dunifa lahir di Biwinapada, Siompu, Kabupaten Buton pada 13 Agustus 1968. Perjalanan pendidikannya dimulai dari SD di kampung halaman, SMA Negeri 1 Baubau (1988), D-2 Tadris IAIN Alauddin Ujung Pandang (1989), S-1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pattimura Ambon (1996), S-2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang (2004), dan S-3 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta (2012). Ia juga pernah menempuh Doctoral Sandwich Program di University of Illinois, Urbana-Champaign, Amerika Serikat (2011–2012).

Kariernya dimulai sebagai guru SMP dan SMA di Kabupaten Buton (1998–2013), sebelum diangkat sebagai dosen PNS pada LLDIKTI Wilayah IX dan ditempatkan di Unidayan sejak 2013. Ia meraih jabatan Lektor pada 2016, Lektor Kepala pada 2020, dan resmi menjadi Guru Besar pada 1 Desember 2024.

Kiprahnya di dunia akademik dibuktikan dengan berbagai publikasi internasional bereputasi yang terindeks Scopus, antara lain di Voprosy Onomastiki, Novitas-Royal, dan Studies in English Language and Education. Ia juga aktif menjadi reviewer di berbagai jurnal internasional. Penghargaan prestisius seperti Satya Lencana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI (2022) dan Best Paper Award dari International Council of Onomastics Sciences (2025) turut ia raih berkat kontribusinya pada kajian linguistik dan pendidikan bahasa.

Dalam pidato pengukuhannya, Prof. La Dunifa menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada keluarga, rekan sejawat, serta semua pihak yang telah mendukung perjalanan akademiknya. Ia berpesan kepada para dosen muda agar tidak gentar menghadapi tantangan menuju jabatan akademik tertinggi, karena menurutnya, “Ke Guru Besar itu sukar, justru di situlah letak kehebatannya.”

Dengan dikukuhkannya Prof. La Dunifa, Unidayan semakin memperkuat posisi akademiknya sebagai salah satu perguruan tinggi di Kawasan Timur Indonesia yang konsisten melahirkan karya ilmiah dan pemikiran kritis untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pelestarian budaya lokal.